Sunday 12 January 2020

Durian Cinta


Durian Cinta

 Rahma Dini Warastuti

Pengalaman hidup membuat aku makin mengrti akan banyak hal. Mengerti akan arti garis perjalanan hidupku  dan mengerti akan cinta yang sesungguhnya!

Membuka jendela balkon kamar, mengahadapkan wajahku ke arah halaman depan rumah, merasakan angin sejuk menerpaku  dan kemudian,….menunggu bertruk-truk durian datang terparkir di samping rumah adalah kebiasaan baruku sejak kami semua  pulang merantau 2 tahun  dari Malaysia.

“ Nduk, ket mau  kowe kok nglamun wae, ono opo to nduk…..? ( Nduk. Dari tadi kok kamu melamun saja?, ada apa, nduk?).  Suara lembut ibu telah membuyarkan pikiranku. “lha nggih mboten to Bu, ya nda pantas anak perawan macam saya melamun pagi-pagi buta begini bu,, Kulo namung menikmati keindahan ciptaan Allah.
Sebenarnya aku tidak sedang melamun, tetapi merenungi deretan kehidupan yang berapa tahun terakhir ini kualami dan  telah terukir kuat dalam ingatanku. Bagaimana tidak, kami sekeluarga pergi merantau hanya membawa beberapa helai baju, keterampilan seadanya dan asa yang kuat. Asa bahwa kami bisa memperbaiki hidup di negeri orang.
Ya, sejak aku lulus SMK tata boga, ayah memboyong kami berduam aku dan ibuku,  pergi  merantau mencari penghidupan yang lebih baik ke negeri jiran Malaysia, tepatnya di kawasan Bukit Bintang. Aku tidak tahu mengapa bapak membawa kami ke kota itu, surga wisata belanja di Kuala Lumpur,  bukan untuk berbelanja, tapi untuk  belajar dan bekerja.
            Malam yang telah larut menyambut kedatangan kami di KLIA, yaitu  bandara Internasional Kuala Lumpur.Ini adalah pengalaman pertama bagi kami bertiga mencoba menaiki burung besi ini. Pikirku, -dari mana bapak memperoleh uang banyak sehingga bisa membawa kami ke Malaysia ini?- Belum sempat aku bertanya ke Bapak, jawaban itu sudah ada di depan mata.  Tiba-tiba ada seseorang laki-laki berpakaian rapi datang menyapa kami. Ternyata laki-laki itu adalah teman SD bapak ketika di kampung dulu dan sekarang sudah 20 tahun lebih menetap di Kuala Lumpur.
Dengan wajah sumringah, bapak bilang ke kami bertiga, “Buk ne, Dwik,.. iki pak Widodo, konco bapak seko tonggo kampong biyen.  Saiki wis sukses neng Malaysia dadi juragan gorengan. ” Pak Wid, kenalkan, ini istri saya dan anak perempuan saya satu-satunya, Dwik namanya.”Hanya senyum yang saat ini mampu aku sungging waktu itu, karena tiba tiba rasa penasaran dan kagum dengan situasi hiruk pikuk bandara datang menyelimutiku.
Sambil memesan taksi , pak Widodo mengajak aku dan ibu yang masih terkagum-kagum dengan hiruk pikuknya lalu lintas bandara terbesar di Malaysia ini.
 “Buk, mari ikut saya ke taksi, untuk sementara tinggal dulu di rumah kami, kami hanya berdua dengan istri. Kami sengaja mengundang pak Asmadi sekeluarga untuk menetap di Malaysia untuk mengenalkan   pekerjaan  yang selama ini kami geluti kepada  bapak dan mbak Dwik  tentunya.”  
Sambil menyalami beliau, ibu dan aku mengucapkan terima kasih.
 “Wid, ndi mobilmu, kok awake dewe numpak Taksi?” tanya Bapak  dengan Bahasa Jawa ke pak Widodo.
Dengan wajah sumringah dan bangga pak Widodo mencoba menimpali ucapan bapak, “ Saya sengaja mengajak kalian semua dengan transportasi umum, Nanti pak Asmadi akan lihat bagaimana majunya  pembangunan di Kuala Lumpur saat ini ya !”
Aku jadi bingung dengan jawaban pak Widodo,” Apa hubungannya naik taksi dengan kemajuan pembangunan di kuala Lumpur, pak Widodo?, Tanyaku. Pak Widodo hanya tersenyum-senyum membiarkan aku mencari jawabannya sendiri.
***
 Sepanjang jalan, diam -diam aku memperhatikan apa yang ibu lakukan.  Ketika tidak sedang mengobrol dengan kami, beliau  sering sekali menengadahkan kedua tangannmya seolah-olah berdoa  meminta sesuatu ke Allah sambil memejamkan matanya.

-Gemerlapnya  kota Kuala Lumpur dan tertata rapinya jalan-jalan di sepanjang jalan yang kami lewati semoga akan memberi harapan lebih baik kepada keluargaku-. Itulah doa terindah ibu untuk kami semua.

Selama kami bertiga mengobrol di dalam taksi, aku bisa mengambil kesimpulan bahwa ternyata pak Widodo ini mempunyai seorang istri asli dari Kuala Lumpur. Istrinya tidak ikut menjemput kami karena harus menjaga warung gorengannya yang makin ramai di malam hari. Mereka berdua memiliki  dua anak yang masih sekolah tetapi tinggal dengan pamannya yang tinggal di kota yang bernama Raub. Kota ini terkenal karena banyak kebun buah durian Musang King yang dibudidayakan di daerah ini, dan adik pak Widodo merupakan salah satu pemilik kebun durian di kota itu.
 Tidak  terasa taksi kami berhenti, kami turun dan kemudian kami  memasuki suatu gedung besar dan megah yang dipenuhi lalu lalang orang yang entah datang dari mana dan akan pergi kemana. “Seperti terminal tetapi ada atapnya, hehe“ Ucapku ke bapak. Ternyata ucapanku ini didengar oleh pak Widodo, “ Betul mb Dwik, ini namnya KL Sentral. Tujuan kita datang ke sini adalah  ke terminal penghubung  yang menghubungkan seluruh moda transportasi penting di Kuala Lumpur ke berbagai destinasi tujuan, dan destinasi yang akan kita kunjungi adalah Bukit Bintang. Untuk ke sana, mari kita mencari monorail yang menuju ke sana.”
“Wow,…!”
Belum selesai kekakumanku akan suguhan- suguhan fasilitas yang ada, aku diperlihatkan oleh pak Widodo bahwa pelayanan tiket monorail cukup dibeli di mesin tiket, tidak ada loket tiket yng dilayani oleh manusia!
“Ehm…… ”. Baru tahu aku, alasannya mengapa pak Wid menjemput kami dengan mengendarai taksi.Ternyata beliau ingin menunjukkan transportasi moda yang menjadi kebangggaan warga Malaysia, yaitu monorail.
Yey, …Tibalah kami di stasiun monorail Bukit Bintang. Aku berharap tidak lama lagi akan sampai di rumah keluarga pak Widodo dan langsung membaringkan tubuhku di tempat tidur. Aku yakin bapak dan Ibu juga pasti capai melewati perjalanan 4 jam yamg sangat melelahkan. 
Hanya beberapa ratus meter saja dari stasiun Bukit Bintang, tibalah kami di  suatu jalan sempit namun cukup ramai di tengah malam begini. Jalan ini cukup terkenal hingga ke luar negeri karena kekhasannya.Ya, jalan Alor food street. Segala macam makanan  atau jajanan terjajar di sepanjang jalan itu di sepanjang malam.
www.kia.my

 “Assalamualaykum umi,  lihat siapa yang datang?”Salam pak Widodo dengan kencangnya.  Seorang perempuan paruh baya lari tergopoh-gopoh menghampiri kami semua, menyalami bapak dan memeluk cium ibuku dan aku. -Ini pastilah makcik  Aminah yang tadi sempat diceritakan oleh pak Widodo di dalam taksi tadi. Rupanya rumah keluarga pak Widodo tepat di belakang warung gorengannya. Hmmm,.. kenapa jadi lapar ya…
***
Setiap hari kami mengobrol tentang usaha gorengan yang digeluti keluarga pak Widodo. Bagaimana beliau dulu memulai usaha tersebut dan sekarang sudah membuka cabang d beberapa tempat di semenanjung Malaka. Karena bapak dan aku yang akan belajar berbisnis di sini, maka Pak Widodo memulai dari mencari tahu potensi kami masing-masing. Pak Widodo melihat bahwa bapak yang walaupun sudah berusia di atas kepala lima, beliau masih memiliki fisik dan asa yang kuat ingin belajar berbisnis. Menurut pak Widodo, bisnis yang digeluti pak Widodo dan istrinya adalah durian goring dan berkebun buah durian sebagai bahan bakunya.
***
 Pagi-pagi buta aku sudah dikejutkan dengan  riuhnya orang -orang kuli mengangkut menata durian ke meja pajangan, dan mengangkut berkwintal-kwintal bahan baku terigu untuk membuat durian goreng. Beberapa orang di antaranya adalah bapakku yang turut serta mengangkut durian maupun menurunkan berkarung-karung  terigu. Bapak juga belajar bagaimana membedakan durian berkualitas bagus dan yang berkualitas di bawah rata-rata. Selain itu, beliau juga belajar bagaimana membudidayakan durian Musang king yang memiliki nilai jual sangat tinggi. Di  sisi lain, di dapur yang besar di sisi warung makcik Aminah, aku bekerja menjadi pelayan sekaligus belajar bagaimana membuat  durian goreng  dengan aroma  yang  menggiurkan. Kress... renyah di luar, tapi begitu digigit terasa lembut di dalamnya.  Aku harus bisa membuat durian goreng yang rasa daging duriannya  harus tetap terjaga  dan “Yummy banget!” Begitu para pelanggan memuji durian goreng Makcik Aminah.  Ya, daging durian dihaluskan, dibungkus dengan kulit lumpia tipis, kemudian  digoreng dengan adonan tepung yang ditambah dengan resep rahasianya dan disajikan dengan kondisi hangat. “Satu lagi yang tidak boleh lupa,” kata makcik dengan senyum yang mengembang, “ Lakukan semua tahapan itu dengan cinta!”
      www.kia.my

***

“Insya allah ibu selalu mendukung apapun keputusammu, Nduk, selama itu masih di jalan Allah”.  Tiba di tanah air, aku harus segera memutuskan pekerjaan apa yang akan aku geluti. Akhirnya aku berpikir bahwa Aku tidak boleh menyia-nyiakan waktu dua tahunku di Malaysia waktu itu.  Aku putuskan untuk mengikuti jejak bisnis makcik Aminah dan bapak berkebun buah durian Musang King seperti yang pernah diajarkan oleh pak Widodo,  
“Berprofesilah dan jadikan cinta sebagai  landasannya, seperti sempurnanya cinta orang tua terhadap anak-anaknya”. Begitulah ibu memotivasi aku dan bapak dengan sepenuh cinta.

***
 Angin semakin kencang menerpa wajahku,  aroma durian  Musang King sudah tercium  dan masuk melewati jendela balkonku meskipun aku baru melihat antrian truk jauh di ujung sana datang mendekati rumah megah kami di sini.
Ya allah, Akhirnya  aku bisa merenung dan  membuat suatu kesimpulan bahwa apa pun pekerjaan itu, jika dilakukan dengan sepenuh hati dan penuh cinta, tentu hasilnya pasti akan baik. tidak ada pekerjaan yang hanya butuh satu ranah saja, otot saja, otak saja skill saja atau cinta saja. 
Kuli durian atau pengangkut tepung terigu, adalah  profesi yang didominasi oleh otot, pembuat durian goreng  adalah profesi yang didominasi oleh skill, penemu varietas bibit durian Musang King adalah profesi juga, tetapi didominasi oleh otaknya. Tetapi ketiga profesi tersebut tidak akan tercapai maksimal jika tidak ada yang namanya cinta. Semua ranah , baik otot, skill dan otak ini saling melengkapi, tinggal profesi apa dan ranah apa yang nantinya  akan mendominasi.

 TAMAT




4 comments:

Pertemuan ke-12 Menulis , Mendesain Covernya, Cari Penerbit Kemudian Menjualnya Sendiri

Menulis, Mendesain Covernya, Cari Penerbit Kemudian Menjualnya Sendiri  Pertemuan ke-12 Asslmkum teman2 semua, kali i...